***
Cerita Fiksi untuk My Favourite Author ^_^ : Buya HAMKA ***
.
17 tahun yang lalu,,,
Siang itu, dari sekolah aku berlari cepat pulang ke rumah, hari pertama bersekolah. Masih lengkap seragam SDnya. Aku menjerit melihat Ayah yang akan pergi..
"Ayah...!"
"Ayah, agama kakak apa Yah? Tadi di sekolah teman-teman tanya.."
"Hmmmmm.... bilang saja Islam.!"
"Ooowh.." *****
Hamka kecil bernama Abdul Malik. Hamka, Buya Hamka, terlahir 16 Februari 1908 di Ranah Minang tepatnya di Kampung Molek, Nagari Sungai Batang Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar).

Pantun Buya Hamka tentang kampung halamannya :
Kota Melaka tinggallah sayang
Beta nak balik ke Pulau Perca
Walau terpisah engkau sekarang
Lambat laun kembali pula
Walau luas watan terbentang
Danau Maninjau terkenang jua****
15 tahun yang lalu,,,
Berpindah hidup di sebuah dusun kecil. Hidup bersama nenek yang pendiam *baca tidak pernah melarang apapun yang aku kerjakan atau tidak peduli?*
Mimpi kegembiraan di awal-awal berseragam SD telah hilang..
Berganti dengan ramainya bisik-bisik kata asing.. muallaf.. teman-teman perempuan memang ceriwis.! APA YANG SALAH DENGAN DIRIKU..??!!
AGAMA, BUAT APA ..??!!-------------------------
****
Di atas sana.. ada tangan yang penuh kasih dan berkuasa telah bekerja,"Hai orang yang berakal, skenario hidupmu telah ditetapkan, takdirmu telah berlaku.. cepatlah engkau dewasa, dan berfikirlah.." ***
-------------------------
Perpustakaan adalah tempat pelarian bila kalah "berantem" dengan teman-teman cowok. Ruangan yang sepi dari anak-anak adalah bagian deretan buku-buku 'dewasa dan berat' disitulah tempatku biasa mengeringkan air mata.
Jangan katakan bila aku anak yang kehilangan figur orang tua.. aku tidak suka.! Kalau kumpul dengan emak-emak ikut pengajian habis Subuh, yaa.. semata-mata karena senang diam-diam melihat perempuan-perempuan tua itu tertawa dan mengantuk. Itu saja, tidak lebih..!
Hmm.. dan memang suka dengan buku-buku bersampul gambar aki-aki berjenggot, rambut putih dan berkaca mata. Seperti buku yang tanpa sengaja aku jatuhkan dari rak perpustakaan.. HAMKA ****

JALAN ISTIQOMAH SANG LEGENDA "BUYA HAMKA"
Hamka selain rajin membaca, juga dikenal sebagai seorang yang melalui proses belajar dengan otodidak. Sebagai seorang otodidak Hamka tidak saja mampu menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al'Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Husein Haikal, beliau juga meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti.
Kesungguhan HAMKA dalam belajar telah menjadikannya sebagai seorang yang pandai dalam banyak hal serta mampu pula menumbuhkan bakatnya sebagai seorang ahli pidato.
HAMKA, Sang Ulama & Sastrawan Angkatan Pujangga Baru
Disamping sebagai jurnalis ternyata buya juga piawai dalam mengarang sebuah karya sastra seperti prosa, pantun hingga novel. Bagi dunia kesusastraan di nusantara, nama Buya Hamka kemudian dikenal sebagai sastrawan angkatan pujangga baru.
****
OTODIDAK.
Begitu indah kata itu, aku timang-timang, corat-coret kemana-mana, sungguh kata yang luar biasa, O T O D I D A K
"Beragama itu" kata Buya, "gunanya justru untuk membangkitkan gairah hidup." Beragama menurut Beliau, bukan hanya shalat, berdzikir dan menjauhi kehidupan duniawi. "Tetapi untuk sesuatu yang menghidupkan. Maka tampillah secara prima di hadapan Allah SWT, jangan murung, dan jangan malas". Demikian antara lain ungkapannya ketika menafsirkan ayat 24 dari Surat Al-Anfaal. SUNGGUH, MENJADI SEORANG MUSLIM ADALAH KARUNIA DAN ANUGERAH TERINDAH. Terutama, bagi anak-anak yang mempunyai orang tua, berbeda keyakinan dan agama.****

Selama 30 tahun berkarya Buya Hamka telah menulis tidak kurang dari 120 buku. Berikut adalah karya-karya beliau yang sempat dipublikasikan :
- Si Sabariah (1928)
- Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq), 1929
- Arkanul Islam (1932) di Makassar
- Laila Majnun (1932) Balai Pustaka
- Di Bawah Lindungan Ka'bah (1936) Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka
- Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (1937), Balai Pustaka
- Merantau ke Deli (1940), Pedoman Masyarakat
- Tuan Direktur (1939)
- Menunngu Beduk berbunyi, 1949 di Bukittinggi, Sidang KMB
- Ayahku, 1950 di Jakarta
- 1001 Soal Hidup (Pedoman Masyarakat, 1950)
- Tafsir Al-Azhar Juz 1-30, ditulis semasa dalam penjara, dll.
****
Novel "Di Bawah Lindungan Ka'bah"Roman ini berkisah tentang kasih tak sampai karena perbedaan status sosial. Alur cerita dalam roman ini merupakan sorot balik (flashback) karena tokoh cerita dikisahkan oleh aku sebagai pencerita.
Aku mengisahkan peristiwa yang dialami oleh tokoh utama, seorang pemuda yang berasal dari Padang juga, bernama Hamid. Hamid adalah anak yatim yang hanya hidup dengan ibunya yang miskin, mencintai Zainab dengan diam-diam, anak orang tua asuhnya. Zainab yang ternyata juga mencintainya meninggal setelah mengirimkan surat kepada Hamid di Mekah.
Perasaan Hamid hancur dan nampak badannya makin melemah. Begitulah setelah kami selesai melakukan ibadah, di tengah doa ribuan umat, di bawah lindungan ka'bah, Hamid meninggal dunia.
****
Novel "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" Kisah cinta seorang pemuda kampung miskin bernama Zainuddin terhadap seorang gadis dari keluarga ternama bernama Hayati. Cinta mereka tidak mendapat restu keluarga Hayati. Pinangan Zainudin ditolak. Hayati dijodohkan dengan pemuda pilihan keluarga bernama Aziz yang dikatakan lebih layak mendampingi Hayati. Ibarat ruas telah bertemu buku, bagai janggut pulang ke dagu, sama berbangsa keduanya, satu bulan satu matahari. Begitulah pandangan keluarga Hayati, ketika mereka sepakat menjodohkan Hayati dan Aziz.
"Cinta tidaklah teguh untuk mempertalikan laki isteri. Tali yang teguh adalah kemaslahatan kedua belah pihak. Cinta adalah bunga melur yang indah warna dan harum baunya dua hari genap ketiga selama air masih cukup dalam jambangan, selama tiga hari itu pula subur dan indahlah hidupnya. Yang selalu akan mengancam akan kesuburannya ialah kemiskinan. Kalau harta cukup cinta menjadi kalau harta tiada pergaulan terancam. Cinta atau rindu, dendam kasih sayang atau asyik maksyuk biarlah tinggal dalam khayal dari angan-angan pengarang hikayat."
****
Pada kedua buku roman Buya Hamka, aku tentu lebih "merasa" sebagai Zainab dan Hayati, seorang wanita?? Saat SMP inilah aku mulai menyadari dan "belajar" menjadi feminim ^_^
Lengkap sudah, tiga hal mendasar telah aku temukan jawabannya, yang selama ini menjadi kegalauan hidup sejak gadis kecil itu mulai bisa berfikir. Kiranya, aku telah "berjodoh" dengan Buya Hamka ****
*Ada diinfo profil FB-ku ^_^*
Puisi yang ditulis Buya Hamka pada tanggal 13 November 1957 setelah mendengar uraian Pidato Natsir yang dengan tegas menawarkan kepada Sidang Konstituante agar menjadikan Islam sebagai dasar negara RI.

Kepada Saudaraku M. Natsir
Meskipun bersilang keris di leher
Berkilat pedang di hadapan matamu
Namun yang benar kau sebut juga benar
Cita Muhammad biarlah lahir
Bongkar apinya sampai bertemu
Hidangkan di atas persada nusa
Jibril berdiri sebelah kananmu
Mikail berdiri sebelah kiri
Lindungan Ilahi memberimu tenaga
Suka dan duka kita hadapi
Suaramu wahai Natsir, suara kaum-mu
Kemana lagi, Natsir kemana kita lagi
Ini berjuta kawan sepaham
Hidup dan mati bersama-sama
Untuk menuntut Ridha Ilahi
****
Desember 2009,,,
Aku sesaat merenungkan kembali. Setelah lulus kuliah di sebuah sekolah kedinasan, kini aku bekerja di instansi pemerintah RI, sebuah Direktorat di bawah Departemen Keuangan.
Saat sekarang, menunggu detik-detik, aku harus tampil mempresentasikan sebuah laporan hasil audit dan analisa. Sebuah kepercayaan yang tidak aku duga sebelumnya, untuk menjadi pembicara utama dari sebuah team kerja.
Ada perasaan cemas dan gugup, untuk pertama kalinya harus tampil. Namun, bimbingan "tangan TUHAN" sejak mula pertama, begitu mengharukan. Dulu aku sendiri, berdiri di atas kaki sendiri. Sekarang adalah sebuah team,,, memunculkan gambaran jelas dan pasti bahwa AKU PASTI BISA. Kenapa aku harus cemas sekarang.?!
Saatnya tampil.... bismillahirrohmanirrohim.. ****

Ulama besar itu menghembuskan nafasnya yang terakhir bertepatan pada Jum'at pagi pukul 10.41 WIB tanggal 22 Ramadhan 1401 H setelah dirawat selama tujuh hari di RS. Pusat Pertamina akibat komplikasi penyakit gula dan jantung yang dideritanya. Ketika itu berita duka yang mengejutkan dengan cepat tersiar luas, sementara di masjid-masjid jamaah shalat Jum'at menerima kabar lewat pengumuman sebelum jum'atan.
Suasana haru menyelimuti umat waktu itu, bergiliran menshalatkan jenazah sang imam yang menjadi tokoh panutan umat Islam Nusantara.
****
Selamat jalan ayah, kakek, guru......
Salam and thank you so much "_" Susan NR